Laman

Minggu, 04 Desember 2011

Pharmasy-Obat Tetes Mata




Obat tetes mata merupakan sediaan berupa larutan atau suspense, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. Obat-obat yang digunakan pada produk optaimik dapat dikategorikan menjadi miotik, midriatik, siklopegik, anti-inflamatory agent, anti infeksi, anti glaucoma, senyawa diagnostic dan anestetik local.
Kelebiahan Dan Kekurangan Obat Tetes Mata
Kelebihan :
1. Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal homogeny, bioavailabilitas, dan kemudahan penanganan.
2. Suspense mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek terapinya.
Kekurangan :
1. Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas (± 7μL) maka larutan yang berlebih dapat masuk ke nasel cavity lalu masuk ke jalur GI menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan. Misalnya β-bloker untuk perawatan glaucoma dapat menjadi masalah bagi pasien gangguan jantung atau asma bronchial.
2. Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler pada retina dan iris relatf non permeable sehingga umumnya sediaan untuk mata adalah efeknya local atau topical.Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler pada retina dan iris relatf non permeable sehingga umumnya sediaan untuk mata adalah efeknya local atau topical.

Persyaratan Sediaan Tetes Mata
Steril
Farmakope modern mesyaratkan sterilitas kuman bagi optalmika (angka kuman harus 0). Pembuatan tetes mata pada dasarnya pada kondisi kerja aseptik.
Jernih
Persyaratan larutan bebas partikel bertujuan menghindari rangsangan akibat bahan padat. Filtrasi dengan kertas saring atau kain wol tidak dapat menghasilkan larutan bebas partikel melayang. Oleh karena itu, sebagai material penyaring kita menggunakan leburan gelas. Misalnya Jenaer Fritten berukuran pori G3-G5.

Pengawetan (antimicrobial preservative)
Meskipun steril, ketika disalurkan setiap larutan untuk mata ini harus mengandung bahan antibakteri yang efektif yang tidak mengiritasi atau campuran dari bahan-bahan tersebut untuk mencegah berkembang atau masuknya mikroorganisme dengan tidak sengaja yang masuk k edalam larutan, ketika wadah terbuka selama pemakaian. Pengawetan yang tepat dan konsentrasi maksimum dari pengawet untuk tujuan ini termasuk:
1) a) 0,013% benzalkonium klorida
2) b) 0,01% benzetonium klorida
3) c) 0,5% klorobutanol
4) d) 0,004% fenilmerkuri asetat
5) e) 0,004% fenilmerkuri nitrat
6) f) 0,01% timerosal
Tonisitas
Karena kandungan elektrolit dan koloid di dalamnya, cairan air mata memiliki tekanan osmotik, yang nilainya sama dengan darah dan cairan jaringan. Besarnya adalah 0,65 – 0,8 M Pa (6,5 – 8 atmosfir), penurunan titik bekunya terhadap air 0,52° K atau konsentrasinya sesuai dengan larutan natrium klorida 0,9% dalam air. Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima daripada hipotonis. Larutan yang digunakan pada mata luka atau yang telah dioperasi menggunakan larutan isotonis. Pada larutan yang mengandung perak, kita memakia garam nitrat 1,2 – 1,6%.
Stabilitas
Pendaparan
Harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan biasa, larutan yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3 – 9,7. Namun, daerah pH 5,5 – 11,4 masih dapat diterima. Larutan dapar berikut digunakan secara internasional:
1. Dapar Natrium asetat – Asam borat, kapasitasnya tinggi di daerah asam.
2. Dapar fosfat, kapasitasnya tinggi di daerah alkalis.
Viskositas dan aktivitas permukaan
Tetes mata dalam air mempunyai kekurangan karena dapat ditekan keluar dari saluran konjungtiva oleh gerakan pelupuk mata. Namun, melalui peningkatan viskositas tetes mata dapat mencapai distribusi bahan aktif yang lebih baik di dalam cairan dan waktu kontak yang panjang. Sebagai peningkat viskositas, kita memakai metilselulosa dan polivinilpirilidon (PVP) dan sangat disarankan menggunakan polivinilalkohol (PVA) 1-2%. Kita memakai larutan dengan viskositas 5-15 mPa detik (5-15 cP). Apabila zat padat sulit larut, maka kita dapat menambahkan Tween 80, polioksietilen 40, stearat dan benzalkonium klorida atau benzalkonium bromida.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Obat Tetes Mata
1. Sterilisasi sediaan dan adanya bahan pengawet untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme pada waktu wadah dibuka untuk digunakan.
2. Jika tidak mungkin dibuat isotonis dan isohidris maka larutan dibuat hipertonis dan pH dicapai melalui teknik euhidri.
3. Adanya air mata yang dapat mempersingkat waktu kontak antara zat aktif dengan mata (maka perlu ditambahkan bahan pengental).
4. pH optimum lebih diutamakan untuk menjamin stabilitas sediaan.
5. Dapar yang ditambahkan mempunyai kapasitas dapar yang rendah, tetapi masih efektif untuk menunjang stabilitas zat aktif dalam sediaan.
6. Konsentrasi zat aktif berpengaruh pada penetrasi zat aktif yang mengikuti mekanika absorpsi dengan cara difusi pasif.
7. Peningkatan viskositas dimaksudkan untuk meningkatkan waktu kontak sediaan dengan kornea mata.
8. Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah kecil, pengenceran denagn air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisitas hanya sementara.
9. Pembuatan obat mata dengan sistem dapar mendekati pH fisiologis dapat dilakukan dengan mencampurkan secara aseptik larutan obat steril dengan larutan dapar steril. Walaupun demikian, perlu diperhatikan mengenai kemampuan berkurangnya kestabilan obat pada pH yang lebih tinggi, pencapaian dan pemeliharaan sterilitas selama proses pembuatan. Berbagai obat, bila didapar pada pH yang dapat digunakan secara terapeutik, tidak akan stabil dalam larutan untuk jangka waktu yang lama. Sediaan ini dibeku-keringkan dan direkonstitusikan segera sebelum digunakan.
Sterilisasi Alat
1. Alat Dan Cara Sterilisasi
2. Nama Alat Jumlah Cara Sterilisasi
3. Erlenmeyer 1 buah Oven 1700 C
4. Gelas Ukur 1 buah Autoklaf 115-1160 C
5. Beaker glass 2 buah Oven 1700 C
6. Kaca Arloji 3 buah Oven 1700 C
7. Pinset 1 buah Oven 1700 C
8. Pipet tetes tanpa karet 1 buah Autoklaf 115-1160 C
9. Batang Pengaduk gelas 1 buah Oven 1700 C
10. Spatel logam 1 buah Oven 1700 C
11. Kertas saring 2 buah Autoklaf 115-1160 C
12. Corong 1 buah Autoklaf 115-116° C
13. Spuit 1 buah Autoklaf 115-116° C
14. Botol tetes mata plastik 1 buah Autoklaf 115-116° C


Langkah Pembuatan
1. Menyiapkkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2. Alat dan bahan disterilisasi sesuai dari data sterilisasi
3. Membuat API (Aqua Proinjection)
4. Dipanaskan aquadest dalam Erlenmeyer sampai air mendidih (dicatat waktunya)
5. Setelah mendidih dipanaskan kembali hingga 30 menit
6. Kemudian dipanaskan kembali selama 10 menit agar diperoleh API bebas O2
7. Menimbang zat aktif dan zat tambahan (ditempatkan pada kaca arloji yang berbeda-beda yang telah disterilisasi)
8. Zat aktif dan zat tambahan dilarutkan dengan Aqua proinjection (API) didalam beaker glass
9. Kaca arloji yang telah digunakan dibilas dengan Aqua proinjection (API), kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass
10. Larutan ditambahkan Aqua proinjection (API) sampai sebelum tanda batas, kira-kira 3 mL sebelum tanda batas (beaker glass telah dikalibrasi)
11. Dilakukan cek pH
12. Larutan ditambahkan Aqua proinjection (API) sampai tanda batas
13. Larutan disaring menggunakan kertas saring rangkap dua (sebelumnya kertas saring telah dibasahi dengan Aqua proinjection (API)
14. 10 mL larutan dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian dimasukkan ke dalam botol tetes mata
15. Botol tetes mata ditutup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar